Categories / Genre :
- Korea Fanfiction
- Romance
- Continue
Main Cast :
- Park Jung Soo a.k.a Leeteuk
- Park Dong Hae a.k.a Donghae
- Shin Seung Ri (Ernitha Sinaga)
Support Cast :
Author :
Dong Hae berdiri temenung di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, memandangi sosok yeoja yang kini tengah duduk sendirian di salah satu bangku di sudut taman yang terlihat sepi, cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
“Jangan menangis, Seung Ri-ya.. aku mohon..” Ujar Dong Hae lirih, yang tentu saja tidak akan mungkin terdengar oleh yeoja itu.
Tangan kiri Dong Hae terangkat, menyentuh dadanya yang terasa berat dan sesak. Rasanya begitu menyakitkan melihat yeoja yang sangat disukainya bersedih. Terlebih kali ini Dong Hae tahu apa yang menyebabkan yeoja itu seperti itu.
Sebenarnya Dong Hae ingin sekali menghampiri Seung Ri, tapi entah mengapa seperti ada sesuatu yang menahannya untuk tetap berdiri di tempatnya. Rasanya terlalu berat baginya untuk melangkah mendekat ke tempat dimana Seung Ri duduk sekarang. Padahal biasanya Dong Hae selalu berusaha berada di dekat yeoja itu, terutama saat yeoja itu sedang bersedih seperti sekarang ini. Biasanya Dong Hae akan melakukan berbagai usaha untuk menghiburnya dan menghilangkan semua kesedihan yang dirasakan yeoja itu, tapi untuk kali ini ia justru merasa bingung, tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus berbuat apa.
‘Apa yang harus aku lakukan?’ Batin Dong Hae seraya menundukkan kepalanya, menatap rumput-rumput yang tumbuh dengan subur, seolah rumput-rumput hijau itu dapat memberinya jawaban.
Dddrrrttt…dddrrrttt…
Dong Hae sedikit terkejut saat tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar. Ia pun segera mengambil ponselnya dan menatap sejenak layar ponselnya. Ada panggilan masuk dari Young Seul.
“Yoboseyo..” Jawab Dong Hae dengan suara yang terdengar lemah dan tidak bersemangat.
“Dong Hae-a, kau dimana? Cepat pulang.. terjadi sesuatu pada Jung Soo..”
Mata Dong Hae membulat, tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. Ia bisa mendengar nada suara cemas Young Seul di telepon.
“Apa yang terjadi pada Jung Soo hyung? Dia baik-baik saja, kan?” Tanya Dong Hae yang mulai panik.
“Hyungmu jatuh pingsan, Dong Hae-a..”
“Mwo..?”
“Cepat pulang,”
“Ne, arraseo, aku akan pulang sekarang..”
“Ppalliwa..”
Tanpa berpikir panjang Dong Hae langsung berlari pergi meninggalkan taman, dan meninggalkan Seung Ri yang masih duduk sambil menangis di bangku taman.
=================
“Noona, apa yang terjadi? Kenapa hyung sampai pingsan? Bagaimana keadaannya sekarang?”
Young Seul langsung bangkit dari tempatnya duduk, menatap Dong Hae yang baru tiba di rumah dan langsung memburunya dengan berbagai pertanyaan.
“Mollayo, waktu aku datang Jung Soo sudah terbaring tak sadarkan diri di lantai dekat pintu..”
“Kita bawa hyung ke rumah sakit saja, noona..”
“Tidak perlu, Dong Hae-a.. aku sudah menghubungi appa dan sekarang Jung Soo sedang diperiksa appa di kamarnya..”
Young Seul melingkarkan salah satu lengannya di bahu Dong Hae dan membimbing namja itu untuk duduk. Ia bisa merasakan nafas Dong Hae yang terengah-engah, namja itu pasti terburu-buru pulang ke rumah. Young Seul tahu Dong Hae sangat mengkhawatirkan keadaan hyungnya, sama seperti dirinya.
“Tenanglah, Jung Soo pasti akan baik-baik saja..” Ujar Young Seul seraya mengelus pelan punggung Dong Hae, mencoba menenangkan sepupunya itu.
==================
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya appa Young Seul keluar dari kamar Jung Soo. Dong Hae yang terlihat sangat cemas langsung bangkit dan menghampirinya, diikuti Young Seul di belakangnya.
“Bagaimana keadaan Jung Soo hyung?”
“Keadaannya sudah lebih baik sekarang, tapi dia harus banyak istirahat dan jangan biarkan dia banyak pikiran karena hal itu akan mempengaruhi kondisinya. Apa akhir-akhir ini Jung Soo sedang ada masalah?”
Dong Hae nampak tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan yang diajukan appanya Young Seul. Tiba-tiba ia teringat kembali pada kejadian yang tadi dilihatnya tanpa sengaja.
‘Mungkinkah karena hal itu?’
Dong Hae menggelengkan kepalanya perlahan seraya bergumam, “Mollayo..”
“Dong Hae-a, bantu aku membujuknya untuk melakukan pembedahan.. bagaimanapun juga aku sangat mengkhawatirkan kondisinya, Jung Soo bukan hanya sekedar pasienku, tapi dia juga adalah keponakanku sendiri.. lagipula sejak orang tua kalian meninggal, kalian berdua menjadi tanggung jawabku.. karena itu aku ingin yang terbaik untuk kalian, dan saat ini melakukan pembedahan adalah jalan terbaik untuk Jung Soo..”
“Ne, aku akan berusaha membujuk hyung..” Ujar Dong Hae lirih.
“Baiklah, aku harus kembali ke rumah sakit.. Young Seul-a, kau bantu Dong Hae merawat Jung Soo di sini, arra?”
“Arraseo, appa..”
Dong Hae pun akhirnya menemani Young Seul mengantar appanya sampai ke luar rumah. Ia dan Young Seul sama-sama membungkukkan tubuh mereka saat appa Young Seul pergi meninggalkan rumah dengan mobilnya. Dong Hae baru saja hendak kembali ke dalam rumah ketika ia mendengar Young Seul menggumamkan sesuatu.
“Gerimis..”
Dong Hae membalikkan tubuhnya menghadap Young Seul. Yeoja itu tengah mengulurkan tangannya ke depan, terlihat beberapa tetes air hujan jatuh membasahi telapak tangannya. Tiba-tiba Dong Hae teringat pada seseorang yang barusan ia tinggalkan begitu saja di taman.
‘Seung Ri-a..’
Dong Hae buru-buru masuk ke dalam rumahnya, mengambil payung dan langsung keluar lagi.
“Noona, aku titip hyung padamu.. aku harus keluar..!” Seru Dong Hae seraya pergi meninggalkan rumah, sementara Young Seul hanya bisa terheran-heran melihat Dong Hae yang pergi begitu saja.
=================
Seung Ri masih bertahan di tempatnya semula. Ia belum juga beranjak dari tempatnya duduk meskipun tetesan air hujan mulai berjatuhan membasahinya. Seolah tidak peduli dirinya akan basah kuyup oleh air hujan yang turun semakin deras, Seung Ri terus duduk termangu di bangku taman, memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya.
‘Kau benar-benar menyedihkan, Seung Ri-a.. sampai kapan kau akan terpuruk seperti ini?’
Dalam hati, Seung Ri merutuki dirinya sendiri yang masih terus saja meratapi hubungannya dengan Jung Soo yang harus berakhir. Seung Ri merasa kesal pada dirinya sendiri. Padahal baru kemarin malam Seung Ri bertekad untuk mengubur semua kenangannya bersama Jung Soo dan melupakan semuanya kesedihannya, tapi ternyata hari ini ia telah kembali menangis karena seorang Park Jung Soo.
‘Kenapa hanya untuk melupakannya saja harus terasa begitu sulit seperti ini?’
Seung Ri menundukkan kepala dan memeluk tubuhnya dengan tangannya sendiri. Ia mulai merasa kedinginan. Saat ini tubuhnya telah basah kuyup, tapi Seung Ri masih terlihat enggan untuk beranjak dan mencari tempat untuk berteduh. Ia masih terus membiarkan tubuhnya diguyur hujan hingga tiba-tiba ia melihat sepasang kaki berbalut celana jeans dan bersepatu putih muncul di hadapannya, dan tiba-tiba Seung Ri merasa tubuhnya tidak lagi kehujanan. Seung Ri mendongakkan kepalanya, menatap kosong sosok seseorang yang tengah menaunginya dengan payung.
“Dong Hae-a..” Panggil Seung Ri seraya bangkit dari tempatnya duduk tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya dari namja di hadapannya. “Apa yang sedang kau lakukan di sini?”
“Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa hujan-hujan duduk di tempat ini? Kau bisa sakit, Seung Ri-a..”
“Dong Hae-a..”
Seung Ri langsung menghambur ke arah Dong Hae dan memeluk namja itu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Yang ia tahu, ia hanya ingin meluapkan semua kesedihannya pada namja itu.
=================
Dong Hae langsung tersentak saat tiba-tiba Seung Ri memeluknya. Yeoja itu membenamkan kepala di dadanya. Dong Hae bisa merasakan tubuh yeoja itu bergetar, pundaknya terlihat naik turun dan Dong Hae bahkan bisa mendengar suara isakan pelan dari yeoja itu.
“Kau menangis?” Tanya Dong Hae, tangan kirinya terangkat dan mengelus pelan kepala Seung Ri sementara tangan kanannya masih memegang payung.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Seung Ri, tapi Dong Hae bisa merasakan Seung Ri menganggukkan kepalanya perlahan.
“Wae?” Tanya Dong Hae lagi, meskipun sebenarnya ia sendiri sudah tahu apa yang menyebabkan Seung Ri menangis. Hyungnya, Seung Ri menangis karena hyungnya. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Dong Hae setelah apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri di halaman depan rumahnya tadi.
“Dong Hae-a, eotteokhajyo? Aku sudah berusaha tidak memikirkannya.. aku sudah mencoba melupakannya.. tapi semuanya selalu saja gagal, dan pada akhirnya aku akan kembali seperti ini, menangis dan menangis seperti ini.. kenapa aku terlihat begitu menyedihkan?”
“Seung Ri-a..”
Hati Dong Hae terasa perih seketika mendengar Seung Ri berbicara dengan sesekali diselingi isakan tangisnya.
‘Kau tidak bisa melupakannya.. kau tidak bisa melupakan Jung Soo hyung karena hingga saat ini kau masih mencintainya..’
“Aku lelah, Dong Hae-a.. aku tidak ingin terus-menerus begini.. bagaimana aku bisa melupakannya?”
Dong Hae sedikit mendorong tubuh Seung Ri ke belakang, membuat yeoja itu melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat yeoja di hadapannya itu. Rambut Seung Ri yang lepek karena basah, matanya yang merah dan sembab karena menagis, wajahnya yang basah karena air mata sekaligus air hujan, dan seluruh tubuhnya yang basah kuyup karena kehujanan, membuat Dong Hae benar-benar merasa sedih melihatnya seperti ini.
“Kau tidak perlu melupakannya..” Ujar Dong Hae, membuat Seung Ri menatap bingung ke arahnya.
“Mwo..?”
“Ada sesuatu hal yang membuatmu selalu sedih dan menangis setiap kali kau mengingatnya, karena itu kau ingin sekali melupakannya, benar kan?” Tanya Dong Hae seraya menatap Seung Ri yang terlihat menganggukkan kepalanya sambil terus memandang ke arahnya dengan tatapan penuh tanya. “Kau tidak perlu melupakannya, Seung Ri-a.. yang perlu kau lakukan adalah merelakannya..”
“Merelakannya..?”
“Ne.. asalkan kau rela melepasnya, maka saat kau mengingatnya kau tidak akan menangis seperti ini..” Ujar Dong Hae lagi. Tangan kirinya kembali terangkat, kali ini menyentuh pipi Seung Ri dan mengusapnya dengan lembut, menghapus air mata yang tersisa di pipi yeoja itu. “Bahkan hal itu akan menjadi kenangan indah yang akan terus kau simpan di hatimu, bukan sebagai kenangan buruk yang harus kau lupakan..” Tambahnya seraya tersenyum pada Seung Ri meski dengan sedikit berat hati, karena sejujurnya hatinya masih terasa perih mengingat kenyataan tentang Seung Ri dan hyungnya.
“Gomawo, Dong Hae-a..”
Dong Hae hanya diam ketika Seung Ri kembali memeluknya. Ia tidak membalas pelukan yeoja itu, tangan kanannya masih memegang payung sementara tangan kirinya terus berada di samping tubuhnya. Dong Hae tidak tahu harus merasa senang atau sedih dalam keadaan seperti sekarang ini, karena meskipun yeoja yang sangat disukainya kini sedang memeluknya, tapi ia sadar bahwa hati yeoja itu mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya, karena ia tahu yeoja itu sangat mencintai Jung Soo, hyungnya sendiri.
===============
“Aku pulang..”
Young Seul mengalihkan pandangannya dari majalah yang tengah dibacanya, menatap Dong Hae yang baru saja kembali.
“Kau sudah kembali? Kenapa bajumu basah? Bukankah saat pergi kau membawa payung?”
“Ne..”
Young Seul mengerutkan keningnya, merasakan keanehan di diri sepupunya itu. Ia mengajukan banyak pertanyaan tapi Dong Hae hanya menjawabnya dengan satu kata ‘ne’. Padahal biasanya Dong Hae akan menjawab dengan panjang lebar meski ia hanya melontarkan satu pertanyaan sekalipun.
“Waeyo? Kenapa kau terlihat begitu lesu? Apa terjadi sesuatu?”
“Ani..”
Young Seul semakin mengerutkan keningnya. Jelas-jelas ia melihat ekspresi muram di wajah Dong Hae, nada suaranya pun terdengar lemah dan tidak bersemangat, sangat tidak mungkin jika tidak terjadi sesuatu padanya. Dong Hae benar-benar terlihat tidak seperti yang biasanya.
“Baiklah, sebaiknya kau ganti pakaianmu, kalau tidak kau bisa masuk angin.. aku akan membuatkan minuman hangat untukmu..”
“Ne,”
So Hee menghela nafasnya sambil terus memperhatikan Junsu yang kini tengah menyeret kakinya menuju kamarnya dengan kepala tertunduk.
‘Apa kau begitu mencemaskan hyungmu hingga kau seperti itu, Junsu-a..?’
Young Seul akhirnya menutup majalah yang barusan ia baca dan menaruhnya di atas meja. Ia kemudian bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju dapur.
“Kau harus sembuh, Jung Soo-a.. kami sangat menyayangimu dan tidak ingin kehilanganmu..” Ucap Young Seul lirih seraya membuatkan minuman hangat untuk Dong Hae.
================
Dong Hae kembali keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Jung Soo. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar Jung Soo yang tertutup lalu berjalan pelan menghampiri Jung Soo yang tengah berbaring di atas tempat tidur. Dong Hae menatap Jung Soo yang tengah terpejam seraya duduk di tepi tempat tidur hyungnya itu. Jung Soo hyungnya terlihat begitu pucat dan lemah, membuatnya merasa sedih.
“..dia harus banyak istirahat dan jangan biarkan dia banyak pikiran karena hal itu akan mempengaruhi kondisinya. Apa akhir-akhir ini Jung Soo sedang ada masalah?”
Tiba-tiba Dong Hae teringat pada ucapan appanya Young Seul setelah memeriksa kondisi Jung Soo, membuatnya kembali berpikir tentang penyebab dropnya kondisi Jung Soo.
‘Hyung, apa semua ini karena pertemuanmu dengan Seung Ri?’ Batin Dong Hae sambil terus menatap hyungnya. Ia lalu memejamkan matanya, saat kilasan kejadian tadi siang kembali terngiang-ngiang di kepalanya.
“Kau benar, aku memang membohongimu.. aku tidak bertunangan dengan Young Seul atau yeoja manapun. Lalu apa maumu sekarang? Mengembalikan hubungan kita seperti dulu lagi? Ani, hal itu tidak akan terjadi, Seung Ri-a, tidak akan pernah..”
Dong Hae kembali membuka matanya, dan menatap sendu ke arah Jung Soo. Perkataan hyungnya tadi siang pada Seung Ri yang tanpa sengaja didengarnya, membuatnya akhirnya menyadari arti dari keanehan sikap hyungnya dan Seung Ri yang dirasakannya saat pembukaan kafe hyungnya itu tempo hari. Ia pun akhirnya tahu alasan mengapa Seung Ri selalu terlihat murung dan sedih. Kesedihan itu, tangisan itu, semuanya karena hyungnya, karena Seung Ri masih sangat mengharapkan hyungnya. Seung Ri begitu mencintai hyungnya, Dong Hae tahu itu, ia bisa melihatnya di diri yeoja itu. Lalu bagaimana dengannya? Bukankah ia sendiri juga sangat menyukai Seung Ri?
“Eotteokae, hyung? Apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku menyerah?” Ujar Dog Hae lirih, masih sambil menatap sendu ke arah Jung Soo yang tengah terpejam.
“Waeyo, Dong Hae-a..?”
Kedua mata Dong Hae seketika membulat saat mendengar suara Jung Soo yang terdengar lemah. Ia sama sekali tidak menyangka Jung Soo mendengar perkataannya. Dilihatnya hyungnya itu kini mulai membuka matanya perlahan dan menatap ke arahnya.
“Hyung, apa aku membuatmu terbangun?” Tanya Dong Hae sambil menatap cemas ke arah Jung Soo.
“Ne,”
Dong Hae kembali mendengar suara lemah Jung Soo, membuatnya merasa bersalah karena telah mengganggu istirahat hyungnya itu.
“Mianhae..”
“Gwaenchanayo.. kau kenapa? Apa terjadi sesuatu?”
“Aniyo,” Jawab Dong Hae sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum, berusaha terlihat normal di depan Jung Soo. “Bagaimana keadaanmu, hyung? Sudah merasa lebih baik?”
“Ne.. mian, membuatmu cemas..”
Dong Hae melihat Jung Soo tersenyum ke arahnya, senyum lemah yang menghiasi wajah pucatnya. Dong Hae tahu hyungnya itu ingin terlihat baik-baik saja, meskipun kenyataannya justru mengatakan sebaliknya.
“Hyung, kau harus melakukan pembedahan itu..”
Dong Hae bisa melihat senyuman di wajah Jung Soo seketika lenyap setelah ia mengucapkan kalimat itu. Persis seperti dugaannya, Jung Soo pasti tidak akan suka dengan pembicaraan ini.
“Shireo.”
“Hyung..”
“Jangan paksa aku, Dong Hae-a.. kau tahu aku tidak akan pernah mau melakukannya.”
“Tapi, hyung..”
Dong Hae menghentikan kalimatnya saat Jung Soo membalikkan tubuh memunggunginya seraya menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
“Aku mau melanjutkan tidurku, kau juga istirahatlah..”
Dong Hae menghela nafas panjang. Ia tahu, percuma berdebat dengan Jung Soo tentang masalah ini. Hyungnya itu selalu saja menolak. Sekeras apapun ia berusaha membujuknya, Jung Soo tetap tidak mau melakukan pembedahan itu. Dong Hae tahu alasan Jung Soo menolaknya karena efek samping yang timbul dari pembedahan itu, kehilangan memori, gangguan penglihatan, gangguan berbicara, dan mungkin masih ada lagi efek samping lainnya, tapi Dong Hae masih tetap berharap Jung Soo mau melakukan pembedahan itu. Dong Hae ingin hyungnya sembuh.
“Baiklah, hyung.. istirahatlah, supaya kau cepat pulih..” Ujar Dong Hae pada akhirnya seraya melangkah keluar dari kamar Jung Soo.
================
Young Seul tengah melangkahkan kakinya menuju kamar Dong Hae sambil membawa secangkir minuman hangat yang baru saja dibuatnya. Ia menghentikan langkahnya saat dilihatnya Dong Hae keluar dari kamar Jung Soo.
“Dong Hae-a,” Panggil Young Seul, membuat Dong Hae urung melangkah menuju kamarnya sendiri dan berbalik menghadap ke arahnya “Ini minumanmu..” Tambahnya sambil menunjukkan apa yang ada di tangannya pada Dong Hae.
“Gomawo, noona..”
Young Seul tersenyum saat Dong Hae meraih secangkir minuman hangat itu dari tangannya, tapi seolah tidak mempedulikannya, Dong Hae hanya terus berjalan menuju sofa. Young Seul terus mengarahkan pandangannya pada sepupunya yang kini telah duduk di sofa sambil terus menatap kosong ke arah cangkir yang dipegangnya. Dong Hae benar-benar terlihat lain kali ini, membuat Young Seul jadi merasa khawatir.
================
“Minumlah, sebelum dingin..”
“Ne,”
Dong Hae meneguk sedikit minumannya, lalu menaruh cangkir minumannya itu di atas meja di depannya.
“Dong Hae-a, gwaenchanhayo?”
Dong Hae menoleh ke arah sampingnya, menatap Young Seul yang kini telah duduk di sampingnya. Ia lalu menganggukkan kepalanya perlahan sambil merusaha menunjukkan seulas senyum untuk menjawab pertanyaan Young Seul barusan, dan akhirnya kembali menatap cangkir minumannya yang kini berada di atas meja.
“Kau dari kamar hyungmu?”
“Ne,”Jawab Junsu singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari cangkir minumannya.
“Kau kelihatan lesu sekali.. waeyo? Tidak mau cerita padaku?”
Dong Hae menghela nafas panjang saat mendengar pertanyaan Young Seul. Ia sadar saat ini ia tidak terlihat seperti biasanya, seorang Dong Hae yang periang. Hari ini terasa begitu berat baginya. Kepalanya terasa dipenuhi dengan berbagai persoalan yang membuatnya merasa pusing.
“Eotteokae, noona? Jung Soo hyung tetap tidak mau melakukan pembedahan itu..” Ujar Dong Hae pada akhirnya, mengeluarkan salah satu unek-uneknya pada Young Seul.
“Sabarlah, Dong Hae-a.. mungkin nanti kita akan bisa membujuknya..”
“Tapi aku takut.. aku takut sesuatu hal yang buruk terjadi padanya.. aku sudah kehilangan omma dan appa, aku tidak ingin Jung Soo hyung juga pergi meninggalkanku..”
“Kau tidak boleh bicara seperti itu, Dong Hae-a.. kondisi Jung Soo pasti akan membaik..”
“Aku sudah melihat hasil lab terakhirnya, noona.. Jung Soo hyung.. penyakitnya bertambah parah.. sel-sel kankernya sudah menyebar di otaknya..”
Dong Hae menitikkan air matanya, kesedihan dan ketakutan yang dirasakannya membuatnya tidak bisa mencegah air matanya untuk keluar. Ia bahkan tidak bisa menghentikan tangisnya saat Young Seul memeluknya dan mengelus punggungnya dengan lembut.
“Jangan menangis, Dong Hae-a.. kau harus kuat, demi hyungmu..”
================
Jug Soo hanya bisa berdiri tertegun di ambang pintu kamarnya yang baru saja ia buka sambil menatap pilu ke arah Young Seul yang tengah memeluk Dong Hae yang menangis karena memikirkan dirinya, memikirkan penyakitnya. Sofa yang diduduki Dong Hae dan Young Seul berada di depan kamarnya, membuatnya bisa mendengar apa yang tengah dibicarakan keduanya, meski terdengar sayup-sayup.
‘Semua ini karena aku, karena penyakitku.. mereka bersedih karena aku..’
Jung Soo menundukkan kepalanya, melihat Young Seul dan Dong Hae saat ini hanya membuatnya semakin merasa sedih. Young Seul bahkan ikut menangis, padahal yeoja itu sedang berusaha membuat Dong Hae berhenti menangis.
Jung Soo akhirnya kembali menutup pintu kamarnya dengan perlahan lalu menyandarkan tubuhnya di pintu itu. Pelan-pelan tubuhnya mulai merosot hingga akhirnya Jung Soo terduduk di lantai.
“Mian, Dong Hae-a.. tapi aku tidak bisa kehilangan memoriku, aku tidak ingin kenanganku bersama Seung Ri hilang karena pembedahan itu..” Ujar Jung Soo lirih, butiran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya.
Selama ini Jung Soo memang selalu menolak untuk melakukan pembedahan karena ia tidak ingin kehilangan kenangannya bersama Seung Ri. Padahal sejak hubungan mereka berakhir Jung Soo selalu berusaha untuk melupakan Seung Ri dan mencoba untuk berhenti memikirkan Seung Ri, tapi justru ia lebih memilih untuk tidak melakukan pembedahan itu daripada ia harus kehilangan memorinya, meski hal itu demi kesembuhannya sendiri. Penyakit yang dideritanya itu telah membuatnya terpaksa harus melepaskan Seung Ri, walaupun sebenarnya ia masih sangat mencintai yeoja itu. Dan Jung Soo benar-benar tidak sanggup jika ia juga harus melepaskan kenangannya bersama yeoja itu, karena hanya kenangan itulah yang ia miliki untuk menemaninya menjalani sisa hidupnya yang mungkin tidak lama lagi.
“Biarkan aku terus memiliki kenangan itu sampai aku mati..”
Jung Soo memejamkan kedua matanya, membiarkan kenangan masa lalunya yang bahagia bersama Seung Ri kembali melintas di pikirannya, sementara air matanya terus mengalir turun membasahi pipinya meski matanya tengah terpejam.
================
“Jung Soo-a..!”
“Hyung..!”
Jung Soo sedikit tersentak saat mendengar suara Young Seul dan Dong Hae yang memanggilnya. Kedua orang itu terlihat terkejut karena mendapati dirinya tengah berada di dapur, pagi-pagi, dan sibuk memasak.
“Hyung, apa yang sedang kau lakukan?”
“Membuat sarapan untuk kita bertiga..” Jawab Jung Soo datar sambil kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
“Tapi kondisimu kan masih lemah, Jung Soo-a..”
“Aku bosan hanya berbaring saja di dalam kamar..” Jawab Jung Soo seraya menatap Dong Hae dan Young Seul yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Keduanya masih memakai piyama, dan dari wajah mereka terlihat jelas kalau mereka baru bangun tidur.
“Kau harus istirahat, hyung.. Biarkan Young Seul noona saja yang menyiapkan sarapan..”
“Aku baik-baik saja, Dong Hae-a.. jangan terlalu berlebihan mengkhawatirkanku seperti ini..” Ujar Jung Soo sambil melepaskan tangan Dong Hae yang menggenggam tangannya, mencoba membawanya menjauh dari dapur. Ia merasa sedikit kesal karena Dong Hae memperlakukannya seperti orang sakit, meskipun sebenarnya ia memang sakit.
“Jung Soo-a.. Dong Hae benar, kau harus banyak istirahat..”
Pandangan Jung Soo beralih pada Young Seul. Yeoja itu tersenyum ke arahnya sementara Jung Soo sendiri membalas senyuman itu dengan muka masamnya.
“Kau juga terlalu berlebihan, Young Seul-a..”
“Aku tidak berlebihan. Dua hari lagi aku akan bertunangan dan aku tidak mau mendengar alasan kau tidak bisa datang karena kau sakit. Duduklah, biar aku yang menyiapkan sarapan..”
Jung Soo menghela nafas panjang. Tidak ada gunanya berdebat dengan Young Seul karena ia tahu ia tidak akan menang melawan sepupunya itu.
“Apa perlu aku tuntun?”
“Tidak perlu, aku masih bisa berjalan sendiri.” Jawab Jung Soo ketus seraya melepaskan celemek yang dipakainya lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan.
===============
“Noona, aku hampir lupa kalau lusa kau akan bertunangan..”
“Yaa! Mana boleh kau melupakan hal penting seperti itu?”
Young Seul menatap tajam ke arah Dong Hae, sementara Dong Hae hanya cuek sambil terus menyantap sarapan paginya, membuat Jung Soo yang menyaksikan pemandangan itu tersenyum geli karena tingkah dua saudaranya.
“Tidak perlu khawatir, noona.. aku pasti datang,”
“Tentu saja kau harus datang.. dan jangan lupa ajak Seung Ri bersamamu..” Ujar Young Seul lagi, membuat Dong Hae dan Jung Soo seketika itu juga menghentikan kegiatan sarapan mereka. “Wae? Kenapa kalian diam? Apa aku salah bicara?” Tanyanya, bingung melihat kedua sepupunya yang tiba-tiba hanya diam tertegun sambil memandangi piring sarapan mereka masing-masing.
“Kenapa.. aku harus mengajak.. mengajak Seung Ri ke acara pertunanganmu, noona?” Tanya Dong Hae dengan sedikit terbata-bata sambil melirik sekilas ke arah Jung Soo, dilihatnya hyungnya masih diam tertegun.
Young Seul menatap heran ke arah Dong Hae yang terlihat gugup dan sedikit salah tingkah. Namja itu kini meraih gelas di hadapannya, meneguk air yang ada di dalamnya hingga habis.
“Memangnya kau tidak mau membawanya sebagai pasanganmu? Bukankah kau sangat menyukainya?” Tanya Young Seul, membuat Dong Hae tersedak minumannya sendiri. “Yaa! Hati-hati kalau minum, kau tidak perlu gugup begitu hanya karena aku mengatakan kalau kau menyukai Seung Ri..” Tambahnya, seraya mengusap-usap punggung Dong Hae, berharap hal itu bisa membuat Dong Hae berhenti batuk-batuk.
“Ani, noona.. bukan seperti itu..” Sanggah Dong Hae sambil kembali melirik ke arah hyungnya, Jung Soo telah kembali melanjutkan sarapannya, terlihat tidak peduli dengan pembicaraannya bersama Young Seul.
“Sudahlah, tidak perlu mengelak, aku tahu kau sangat menyukai Seung Ri..”
“Noona..”
“Young Seul benar, datanglah bersamanya, Dong Hae-a..”
“Ne..?”
Dong Hae nampak terkejut saat Jung Soo tiba-tiba berbicara, tidak menyangka hyungnya akan mengatakan hal itu padanya, apalagi dengan ekspresi yang datar seperti itu.
“Hyung..” Panggil Dong Hae sambil menatap hyungnya lekat.
“Wae? Jangan menatapku seperti itu, Dong Hae-a.. cepat habiskan sarapanmu..” Ujar Jung Soo sambil kembali menyibukkan diri dengan makanan di hadapannya, berusaha menghindari tatapan Dong Hae. Entah mengapa Jung Soo tidak suka Dong Hae menatapnya seperti itu, seolah Dong Hae tahu ada sesuatu diantara dirinya dan Seung Ri.
===============
“Kau mau datang? Kalau kau merasa keberatan aku tidak akan memaksamu..”
“Aku tidak keberatan, aku akan datang, Dong Hae-a..”
Dong Hae tertegun sejenak, menatap yeoja di hadapannya yang tengah tersenyum padanya.
‘Kau benar-benar tidak keberatan jika harus bertemu dengan Jung Soo hyung di acara itu nanti? Bukankah itu akan menyakitimu? Atau kau memang ingin bertemu lagi dengannya? Apa kau masih mengharapkannya, Seung Ri-a..?’
Begitu banyak pertanyaan yang bermunculan di kepala Dong Hae, tapi ia tidak bisa menanyakannya langsung pada Seung Ri.
“Kau serius akan datang?”
“Tentu saja, bukankah Young Seul eonni mengundangku untuk datang ke acara pertunangannya? Tidak baik kan, jika aku menolak untuk datang?”
“Ne, kau benar..” Jawab Dong Hae pada akhirnya. “Baiklah, besok aku akan menjemputmu..” Tambahnya, seraya mengulas sebuah senyum di wajahnya.
================
“Dong Hae-a..”
Dong Hae menatap takjub ke arah yeoja yang kini telah berdiri di hadapannya. Seung Ri terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun putih selututnya.
“Mian, membuatmu menunggu..”
Dong Hae masih diam dan terus mengamati Seung Ri, membuat Seung Ri jadi salah tingkah karena Dong Hae tidak berhenti menatapnya.
“Wae? Apa aku terlihat aneh?”
“Aa.. ani, aniyo, kau terlihat sangat cantik..” Ujar Dog Hae dengan segera, membuat Seung Ri tersipu malu.
“Gomawo, kau juga terlihat sangat tampan dengan jas itu..”
“Kau baru menyadarinya? Sejak dulu aku memang sudah tampan..” Ujar Dong Hae membanggakan diri.
“Aish, kau ini..”
“Hahahaha..”
Dong Hae malah tertawa saat melihat reaksi Seung Ri, membuat Seung Ri tersenyum geli karena mendengar tawa Dong Haeyang unik.
“Kita pergi sekarang..?”
Tawa Dong Hae langsung terhenti saat mendengar pertanyaan Seung Ri. Ia kembali menatap ke arah Seung Ri, dan kali ini tatapannya terlihat lebih sendu.
‘Kau yakin akan pergi? Apakah semuanya akan baik-baik saja jika kau bertemu lagi dengan Jung Soo hyung?’
“Dong Hae-a, waeyo?”
Pertanyaan Seung Ri membuat Dong Hae tersentak dari lamunannya, ia pun segera menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Ani.. kajja, kita pergi sekarang..”
To Be Continue…
Commentnya ditunggu ya readers ^^
Gomawoyo 😀