Judul :
- ELF’S STILL LOVING YOU HANKYUNG OPPA
Author :
Maincast:
Disclaimer :
- this is really my fanfic. no copas!
Special about Hangeng
~This fiction is dedicated for Hankyung oppa~
Aku terperangah begitu menginjakkan kakiku diluar bandara. Aku pikir ini mimpi, tapi ternyata apa yang kulihat itu nyata. Aku sama sekali tak menyangka akan ada orang sebanyak ini yang menjemput kedatanganku. Dan yang paling membuatku kaget adalah… Mereka Elf.
Sudah beberapa tahun ini aku meninggalkan mereka.
Ya, aku bukanlah seorang Super Junior lagi, tapi dimata mereka aku tetaplah bagian dari keluarga itu.
Akupun jadi teringat kata- kata Teukie hyung, sesaat sebelum aku menyerahkan surat pengunduran diriku ke pihak SM.
“Kalau ini memang jalan terbaik untuk masa depanmu, aku tak akan pernah melarangmu. Aku memang sangat ingin menahanmu disini, tapi kalau dengan begitu kau akan terus terluka aku tak akan bisa melakukannya. Aku dan yang lain akan selalu mendukungmu, jika kau lelah atau ingin istirahat, temuilah aku. Aku tetap hyung yang akan menjagamu. Kami semua akan selalu mencintaimu. Kami dan para Elf selalu ada untukmu.”
Rasanya hatiku tercekat begitu mengingat kalimatnya.
Kembali kufokuskan pandanganku ke para Elf yang menjeritkan namaku. Memanggilku sambil berlinangan air mata. Aku hanya bisa membalas mereka dengan sebuah senyuman. Sebenarnya ingin sekali aku memeluk mereka satu- persatu, tapi itu tidak mungkin.
“Mereka membawa poster Super Junior. Apa kau baik- baik saja?” Tanya menejerku begitu aku menyusulnya masuk ke dalam mobil Alphard hitam yang akan membawaku ke hotel.
Aku menatap keluar jendela sambil melambaikan tangan sebelum mobil kami pergi. Setelahnya aku menatap lurus kedepan. “Tidak apa- apa. Aku baik- baik saja, gege…”
“Kau yakin?”
Sekali, aku menghela nafas. “Aku yakin. Pada dasarnya mereka itu keluargaku, kenapa aku harus terpukul melihat para fansku membawa poster saat kami bersama.”
Manajer hanya bergumam sambil membuka notebook diatas pangkuannya dan mulai mengakses data. “Tadi Leeteuk-sshi mengirimiku sebuah pesan.”
Teuki hyung?
“Apa?”
“Dia memintaku menjaga kesehatanmu. Dia ingin sekali bicara langsung padamu, tapi dia tahu kalau dia menghubungimu justru akan membuat perasaanmu terbebani. Jadi kusampaikan saja padamu.”
Senyum kecil terulas dari sudut bibirku. Senyuman ini bukanlah senyuman tulus dengan perasaan bahagia. Tapi sebaliknya. “Dia masih saja memperlakukanku seperti adik kecilnya yang harus dijaga.”
Manajerku tertawa kecil. “Sesekali teleponlah salah satu dari mereka.”
“Aku tahu.” Jawabku sambil memejamkan mataku. “Aku mau tidur sebentar. Rasanya aku lelah sekali, gege.”
“Baiklah. Akan kubangunkan kalau sudah mau sampai hotel.”
Saat memejamkan mata, yang terlintas justru wajah Teukie hyung, Heenim juga para dongsaengku yang lain. Aku tidak akan bisa tertidur sekarang karena memikirkan mereka. Masih terbayang banyaknya poster kami yang dibawa tadi oleh para Elf.
Kami saat masih bertiga belas.
Twins, Don’t Don dan Sorry Sorry. Tiga album yang kami lewati bersama ternyata sudah kulepaskan. Tak terasa perjalananku selama ini ternyata terlalu singkat. Berdiri di panggung Super Show bersama mereka, melakukan fanservice dan bercanda dengan mereka. Sangat tidak bisa kubayangkan kalau sekarang aku tak bisa melakukannya lagi.
Air mata mulai menyengat mataku yang tetap terpejam. Kutarik nafas dalam- dalam sambil berusaha mengenyahkan semua pikiran itu.
Hangeng, sekarang kau adalah Hangeng, bukan seorang Hankyung Super Junior. Cepatlah sadar…
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam harinya aku mengadakan interview tertutup. Banyak pertanyaan yang dilontarkan para wartawan itu. Dan ternyata mereka juga menanyakan beberapa hal tentang Super Junior. Mereka, para wartawan itu ternyata masih menyangkut pautkan tentang Super Junior padaku, itu sangat membuatku kaget.
Aku tidak sedih mendengarnya, tapi justru ada sedikit perasaan gembira dihatiku.
Mereka masih melihatku sebagai keluarga Super Junior. Ya, mungkin aku memang masih bagian keluarga itu.
“Kau lelah? Cepat istirahat, besok pagi kau akan muncul di acara televisi swasta.” Ucap manajerku sebelum keluar dari kamar hotelku.
Segera kubaringkan tubuhku.
Ini hari yang luar biasa, antusias para Elf, makanan yang disajikan, juga interview, semuanya sangat diluar perhitunganku sebelumnya.
Tunggu, bukankah beberapa bulan yang lalu mereka juga mengadakan konser disini bersama dengan boyband juga girlband yang lain? Kalau tidak salah acara Kimchi yang diceritakan manajer kan?
Aku kembali bangun dan berjalan keluar jendela. Kutatap pemandangan malam kota Jakarta yang sangat padat. Lampu jalan dan banyaknya kendaraan umum. Sangat berbeda dengan Beijing ataupun Seoul. Jadi ini tanah yang juga mereka pijak beberapa bulan yang lalu?
Mereka berjanji akan menggelar Super Show 4 di negara ini, kan?
Kenapa aku tak berniat mengadakan konser disini juga? Meski kami tidak berada dalam satu panggung, setidaknya dengan begitu kami sama- sama memberikan hadiah terindah untuk para Elf di negara ini, kan?
Lalu, bagaimana kabar mereka semua?
Heenim sudah masuk ke militer kan? Dia akan vakum sementara dari Super Junior padahal sebentar lagi justru Kangin kembali bersama mereka. Apa memang belum ditakdirkan untuk bersama semuanya?
Teukie hyung juga, berita heboh tentang isi twitter-nya dulu bahkan sampai padaku. Dia juga tertekan kah? Dia sudah terlalu lelah menghadapi semuanya, tapi dia tak bisa berhenti. Dia harus menjaga adik- adiknya yang lain.
Super Junior M yang kutinggalkan… Siwon, Donghae, Ryeowook, Kyuhyun, Sungmin, Eunhyuk, juga Zhoumi dan Henry. Sampai saat ini mereka bisa melakukan semuanya dengan baik. Hanya saja aku tak enak hati kalau ingat Zhoumi dan Henry. Karena keluarnya aku, mereka sempat ditentang oleh para Elf. Dihina juga dikucilkan. Aku benar- benar sudah berdosa.
Lalu yang lainnya, Yesung dan Shindong. Terakhir kabar kudengar Yesung kembali menang dalam sebuah acara musik dan kalau Shindong, dia sudah mulai kurus, ya?
Aku tersenyum kecil mengingat semua.
Lalu Kibum… Bagaimana kabar anak itu? Diantara kami dia yang paling diam dan tertutup. Dia selalu melakukan apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Tak berbeda jauh denganku, tapi dia masihlah seorang Kibum Super Junior. Meski saat ini vakum karena syuting, dia tidak menghilangkan predikat itu seperti aku.
Dan album kelima, Mr. Simple…
Album perpisahan mereka?
Aku menangis saat mendengar tentang berita itu. Apa benar itu album terakhir sebelum mereka vakum untuk waktu yang sangat lama? Apa benar para Elf yang sudah cukup menderita karena retaknya kami harus menerima kenyataan seperti itu yang lebih pahit lagi?
Kadang aku membaca tulisan para Elf di internet tentang respon mereka mengenai hal ini. Dan tak jarang pula aku justru menangis. Mereka percaya kalau kami akan bersatu di atas panggung dalam jumlah yang lengkap. Tiga belas ditambah dua. Apa janji itu memang akan terwujud? Apa suatu saat nanti kami bisa menepatinya?
Aku tidak yakin. Dalam hati aku ingin melakukannya, tapi aku benar- benar tidak berani berjanji kalau hal itu pasti akan terjadi.
Aku tak mau mengingkari mereka lagi dan menyatiki para peri yang selalu mendukungku selama ini. Bagaimana bisa aku menjadi orang jahat terhadap mereka yang menyayangiku dengan menjanjikan hal yang belum tentu bisa kutepati?
Mataku kembali berkaca- kaca.
Jangan ingat itu semua, Hangeng. Kau harus segera tidur untuk besok.
Kembali kulangkahkan kakiku ke tempat tidur dan kubaringkan tubuhku. Kutatap langit- langit kamar hotel. Saat ini mereka pasti sedang istirahat, kan? Selamat tidur, sahabatku…
Aku memejamkan mataku dan mulai mencoba untuk tidur.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Banyak sekali Gengfans yang hadir di studio. Kau pasti sangat senang sekarang.” Manajerku menepuk bahuku sambil tersenyum yakin. Kami harus segera masuk ke studio karena mereka mulai memanggil namaku.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. “Hari ini, kejutan seperti apa yang akan kuterima?”
“Mungkin lebih mengejutkan dari kemarin.” Jawabnya sambil menarikku keluar back stage. Manajer langsung berusaha membuka jalan sedangkan aku berjalan diiringi seorang gadis translator.
“OPPPPAAAAA!!”
DEGH! Jantungku seakan berhenti berdetak saat menginjakkan kaki di studio.
Sangat riuh didalam sini. Mereka semua meneriakkan namaku. Aku mencoba tersenyum sambil menunduk sopan kepada mereka, tapi mereka justru semakin heboh dan mulai menangis. Apa mereka menangis bahagia karena bertemu denganku?
“Oppa!!”
Aku harus konsentrasi.
Tiga orang host acara itu berbicara dengan bahasa yang tak kupahami. Aku juga tak terlalu memperhatikan apa yang mereka bicarakan, meski tatapanku terfokus kearah mereka, tapi pendengaranku terus menangkap seruan para Elf juga Gengfans yang terus meneriakkan kebahagiaannya dalam studio ini.
Lama sekali aku tak merasakan hal ini. Teriakan mereka tak seriuh saat kami mengadakan Super Show, tapi aku bahagia mendengar suara mereka.
Sang translator itu menanyakan beberapa pertanyaan kepadaku dengan bahasa mandarin, lalu dia menerjemahkannya ke bahasa Indonesia kembali. Para host itu kadang kelihatan aneh, apa karena aku tak memahami apa yang mereka bicarakan?
Sama seperti saat aku baru datang ke Seoul dan ikut audisi SM. Aku tak paham apa yang mereka semua katakan tentangku. Tapi aku terus mencoba tersenyum. Setidaknya aku yakin, mereka tak mungkin membicarakan hal buruk tentangku.
Tangisan para Elf benar- benar membuatku terluka.
Jangan tangisi aku, karena akulah yang harus menangis karena melukai hati kalian semua.
Acara berlangsung begitu saja, karena suatu kejadian akhirnya aku tak tampil di segment terakhir. Kurasa aku tak perlu mengingat kejadian di studio yang langsung membuatku agak kesal. Yang terus kupikirkan justru para Elf.
Aku lagi- lagi tak bisa menepati janji. Mereka pasti menangis lagi…
Kami kembali masuk ke dalam mobil dan segera pergi meninggalkan wilayah itu.
“Gege, mereka menangis…” Gumamku perlahan.
“Mereka senang karena bisa melihatmu dari dekat, Hangeng. Jangan berpikiran macam- macam.”
“Aku tahu, tapi tak sedikit dari mereka juga menangis karena terluka. Jika aku tetap ada di Super Junior, mungkin tatapan terluka dimata mereka itu tak akan pernah ada.” Aku memandang langit cerah diluar jendela mobil. Kota ini penuh dengan polusi.
Manajerku diam.
“Setelah promosi disini, boleh aku minta izin satu hari untuk pergi?”
“Jadwal kita masih sangat banyak, Hangeng. Kau mau kemana?”
Aku menatap lurus kedepan. “Ada satu tempat yang seharusnya aku datangi sejak lama. Aku ingin kesana. Hanya satu hari, gege.. Setelah itu aku berjanji akan bekerja lebih keras lagi.”
Manajerku menatapku ragu sejenak. Tapi akhirnya dia menghela nafas. “Akan kutanyakan pada perusahaan dulu. Tapi kurasa kau boleh mengambl libur satu hari sepulang dari Indonesia.”
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari liburku sangat dirahasiakan pihak perusahaan dari media. Aku harus mengunjungi satu tempat, dan aku tak ingin diganggu siapapun termasuk para fans.
Kutarik nafas dalam- dalam. Sudah lama sekali aku tak mencium aroma kota ini.
Seoul…
Kulirik jam tangan digital di ponselku. Jam sembilan pagi. Aku naik penerbangan pagi agar sampai pagi- pagi sekali. Satu hari ini saja, biarkan aku kembali ke tempat ini. Tempat yang paling kurindukan dalam hidupku.
Kucari nomor seseorang dan meneleponnya.
“Hoahm.. Yeoboseyo..”
Dia baru bangun?
“Yeoboseyo? Nuguya?”
Aku menelepon dengan nomor baruku di Cina. Jadi wajar kalau dia tak tahu ini siapa.
“Kau mau bicara atau kututup_”
“Hyung…” Ucapku pelan.
Namja itu terdiam.
“Kau lupa padaku, hyung?”
“Han..kyung?” Suara Teukie hyung terdengar tercekat. “Ka-kau Hankyung?”
“Sudah berapa lama kau tak mendengar suaraku, kau kedengaran sangat terkejut begitu, hyung.” Godaku sambil mulai berjalan keluar dari bandara. Aku langsung naik ke taksi yang ada di depan bandara.
Teukie hyung masih agak terkejut sepertinya. “Ka-kau? Kau meneleponku? Apa aku tidak sedang bermimpi?”
“Serius, hyung.” Jawabku. “Hyung tahu aku ada dimana sekarang?”
“Setahuku kau sedang di Indonesia, kan?”
Aku terkekeh pelan. “Aku ada di Seoul saat ini, hyung. Hari ini aku minta libur untuk datang kesini, tapi aku tak mungkin datang ke dorm. Ada satu tempat yang ingin kukunjungi, apa kau dan yang lainnya juga bisa datang kesana?”
“Kemana? Aku akan kesana sekarang!”
Aku tersenyum simpul. “ Ke pusat pelatihan militer. Tempat Heenim saat ini berada.”
.
Aku berdiri di depan tempat pelatihan itu. Tanpa membuang waktu aku menghampiri petugas penjaga pos disana. “Aku ingin mengunjungi seorang teman. Apa aku diperbolehkan masuk?” Tanyaku dengan bahasa Korea yang masih sangat fasih.
Penjaga itu menatapku heran. “Nuguseyo?”
Aku segera melepas kacamata hitam juga topi dan masker yang kukenakkan. “Hangeng imnida. Aku ingin bertemu dengan Kim Heechul.”
Tentu saja penjaga itu langsung kaget saat melihatku. “Ha-hangeng Super Junior?”
Aishh.. Itu bukan lagi namaku. Aku sudah tak menyandang nama Super Junior dibelakang namaku.
Aku mengangguk pelan. “Aku hanya sebentar. Bisa kan aku mengunjunginya?”
“Ba-baiklah. Silahkan masuk.” Penjaga itu langsung membukakan pintu gerbang dan mengantarku ke tempat pelatihan. Para tentara itu tengah berlatih dengan sangat tekun. Tanpa susah payah aku bisa menemukan sosoknya diantara pria itu.
Sekarang dia keliahatan dewasa dan berbeda, sorot matanya berubah tegas. Heenim bukanlah sosok pria feminine lagi. Dia benar- benar seorang pria sejati.
Aku menunggu selama beberapa lama disana. Dua puluh menit kemudian, Heechul dipanggil oleh orang bertubuh kekar, sepertinya pelatihnya. Pelatih itu menunjuk kearahku dan Heechul harus menyipitkan matanya menatapku.
Saat itu juga kedua matanya membulat shock.
Aku melambaikan tanganku sekali padanya. Tapi Heechul sama sekali belum bergerak menghampiriku. Kulihat namja itu mengatupkan mulutnya dengan tangannya. Dia… Menangis?!
Namja itu langsung berlari menghampiriku. Namun dia memelankan langkah kakinya saat semakin dekat denganku. Matanya menatapku tak percaya, seakan aku adalah hantu dari dunia lain. Dan aku benar, dia memang menangis.
“Kau… Benar- benar… Hankyung?”
“Apa aku terlihat seperti hantu?” Godaku mencoba bersikap santai.
Saat itu juga Heechul langsung berlari lagi dan langsung memelukku. Memelukku sangat erat dan membuatku agak sesak. Tapi kubiarkan dia seperti itu, aku tahu sebetapa rindunya dia padaku.
“Kau datang? Kau datang menemuiku? Kau benar Hankyung yang aku kenal? Kau kembali?” Isaknya penuh haru. Setelah beberapa lama dia melepaskan pelukannya dan menatapku. “Aigoo.. Kau tambah gemuk saja. Kau benar- benar membuatku terkejut.”
Aku tersenyum kecil. “Bisa bicara di tempat yang lain?”
Heechul langsung mengangguk dan mengajakku ke tempat untuk penerimaan tamu. Suasana canggung menyelimuti kami sehingga kami hanya duduk diam selama beberapa menit.
“Kau kelihatan berbeda.” Mulaiku akhirnya. “Kemana rambut halus kebanggaanmu itu? Kukira selamanya rambut itu tak akan kau potong, Heenim.”
Heechul tertawa kecil. “Dasar pabbo. Aku kan sekarang harus ikut latihan militer, kau kira dengan rambut sepanjang itu aku bisa melakukan pelatihan dengan baik? Aku ini harus serius kalau sudah memulai sesuatu.” Balasnya sambil menatap mataku dalam- dalam. Sorot matanya memancarkan kerinduan yang dalam. “Aku sangat merindukanmu.” Lanjutnya.
“Nado.” Balasku sambil meremas kedua tanganku. “Hari ini aku minta libur dan aku langsung kesini untuk menemuimu. Tadi aku juga sudah menghubungi Teukie hyung dan meminta mereka semua datang kesini.”
“Semua?” Heechul mengulang ucapanku.
Aku mengangguk. “Semua. Tapi semoga saja memang semuanya yang datang. Aku tak menanyakan jadwal mereka hari ini.”
Namja itu mengangguk paham. “Apa saja kegiatanmu belakangan ini? Kudengar kau sedang promosi film terbarumu, kan?”
Aku mengangguk. “My Kingdom.” Jawabku.
Aku mengangkat wajahku dan menatapnya. “Kemarin aku dari Indonesia.”
“Indonesia? Aku juga sudah pernah ketempat itu.” Timpalnya dengan nada santai. “Apa kau memakan nasi berwarna kuning mereka? Enak, loh.”
Aku terkekeh pelan. “Aku juga suka.” Balasku. “Tapi bukan itu yang ingin kuceritakan hari ini padamu.”
“Apa?”
“Saat aku sampai di bandara hari itu, aku kaget.” Mulaiku sambil menghela nafas.
“Kaget kenapa? Mereka melukaimu? Mereka kasar padamu?”
Aku menggeleng sekali. “Kebalikannya. Mereka sangat bahagia melihatku. Mereka menangis dan meneriakkan namaku, memanggil namaku, benar- benar sangat antusias sekali.” Jelasku perlahan.
“Lalu kenapa kau kelihatan terluka?”
Aku menunduk. “Mereka semua membawa poster Super Junior, Heenim.”
Namja itu langsung diam.
“Mereka semua membawa poster kita saat bertiga belas dulu. Mereka bahkan ada yang membawa banner bertuliskan Hankyung Super Junior.” Aku menunduk semakin dalam. “Aku sangat kaget saat melihat semua itu. Ada perasaan aneh menyelimutiku, mungkin saat itu aku langsung terluka.”
Heechul menepuk bahuku. “Ceritakan padaku.” Perintahnya lembut.
“Entah sudah beberapa lama aku pergi meninggalkan kalian, aku meninggalkan predikat Super Junior dibelakang namaku, aku keluar dan pergi begitu saja. Aku selalu yakin kalau lebih baik mereka semua membenciku karena hal ini, aku ingin begitu agar aku tak terbebani dengan perasaan bersalah, tapi itu sama sekali tak terjadi.” Aku menarik nafas sebelum melanjutkan ceritaku.
“Mereka tetap mendukungku sebagai bagian dari Super Junior. Mereka mengharapkan kembalinya diriku kepada kalian. Padahal aku yakin, tidak sedikit dari mereka yang sadar aku tak akan pernah kembali. Tapi mereka tetap mempercayainya dan berharap. Setiap mengingat hal itu aku terluka. Rasanya hatiku sakit. Bukan karena perlakuan mereka, tapi aku sakit karena kelakuanku sendiri.”
Aku diam sejenak untuk mengatur perasaanku yang mulai kacau.
“Kau terluka?”
Aku mengangguk. “Aku yang telah melukai kalian semua dengan pergi begitu saja karena keegoisanku sendiri. Tapi bukannya dapat kecaman dan kebencian, kalian semua tetap mendukungku. Melihat Elf kemarin yang membawa poster Super Junior tiga belas, membuatku sadar kalau mereka tetap melihatku sebagai salah satu dari kalian. Padahal sekarang sudah tak ada predikat Super Junior lagi dibelakang namaku.” Mataku kembali berkaca- kaca dan aku buru- buru memejamkan mataku agar aku tak menangis.
“Hankyung…” Heechul langsung memeluk bahuku perlahan. “Kau itu apa yang kau pikirkan? Meski kau bukan anggota resmi kami, bagiku dan yang lain kau tetaplah salah satu dari kami. Kau tetaplah seorang Super Junior dimata kami.” Ucapnya lembut.
“Akan lebih baik kalau kalian semua marah padaku. Akan lebih baik kalau kalian semua membenciku.” Suaraku mulai parau.
“Kami tidak mungkin membenci saudara sendiri, Hankyung.”
DEGH! Aku langsung duduk tegap begitu mendengar suara itu. Aku mengangkat wajahku dan kulihat Teukie hyung, Yesung, Shindong, Sungmin, Donghae, Eunhyuk, Ryeowook dan Kyuhyun berdiri di dekat kami.
“Kalian sudah datang?” Heechul langsung berdiri melepaskanku. “Ah, mana Siwon?”
“Dia ada syuting.” Jawab Donghae. “Tapi dia menitip salam untuk Hankyung hyung juga Heechul hyung. Kalau dia ada waktu, dia pasti akan menghubungi kalian.” Donghae melirik kearahku. “Lama tak jumpa, hyung.”
Aku tersenyum kecil. “Kalian semua tak banyak berubah.”
“Hankyung.” Teukie hyung duduk disebelahku sambil menepuk pahaku pelan. “Kelihatannya kau baik- baik saja. Tadinya kukira kau sedang terkena masalah, karena itu datang secara tiba- tiba.”
“Aku sedang memikirkan banyak hal, hyung.” Jawabku. “Memikirkan banyak hal tentang kita. Tentang Super Junior. Tentang Elf.” Aku kembali menunduk. “Kurasa hyung sudah mendengar semuanya, kan?”
Teukie hyung hanya bergumam pelan.
“Jadi hyung akan merasa lebih baik kalau kami semua membenci hyung?”
Aku menoleh saat Kyuhyun menanyakan hal itu padaku. Magnae itu menatapku dengan wajah datar. “Kyu?”
“Apa akan lebih mudah menjalani hidup kalau kami semua berbalik menyerang dan menyalahkanmu atas perginya kau dari kami? Apa kau kira persaudaraan yang kita jalin itu sangat mudah retak karena hal ini? Kau salah, hyung.”
“Kyuhyun, jangan bicara sembarangan.” Sungmin langsung mencoba menenangkan magnae itu. Namja itu ikut menatapku. “Hyung, kau kan tahu kami akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi. Sekalipun kau bukanlah anggota kami lagi.”
Aku menghela nafas. Aku sangat tahu akan hal itu. Mereka memang tak mungkin mengacuhkanku karena aku pergi. Tapi tetap diakui seperti ini juga sangat menyiksaku.
“Hankyung… Kau tahu kalau aku sudah menganggap Super Junior itu keluargaku sendiri,kan?”
Aku mengangguk.
“Kau tahu kalau bagiku kalian semua itu seperti adik sendiri, kan?”
Lagi- lagi aku mengangguk.
“Apa ada seorang kakak yang akan memaki adiknya hanya karena adiknya itu ingin melangkah dijalan yang diinginkannya? Hanya karena adiknya itu ingin mencapai mimpinya lebih tinggi?”
Kali ini aku menggeleng. Mataku semakin berkaca- kaca.
“Kalau aku kakak yang seperti itu, maka sejak awal aku akan menghentikan Kibum vakum karena ingin mengejar mimpinya. Maka akan kutahan Kangin yang ingin menjalankan wajib militer karena aku tak ingin berpisah dengannya. Dan aku pasti akan menghentikanmu keluar dari suju sekalipun aku tahu dengan berada disini kau akan semakin terluka.” Teukie hyung menepuk- nepuk lenganku. “Aku bukan kakak yang seperti itu, Hankyung.”
TES~ Air mataku menetes.
“Aku selalu mendukung semua jalan yang kalian pilih. Meski aku juga lelah, tapi aku selalu mendukung kalian. Karena bagi kalian satu dukungan ini pasti akan sangat bermanfaat. Kubiarkan Yesung dan Ryeowook serius dalam karirnya sekarang menjadi penyanyi solo. Kubiarkan Siwon fokus dalam karirnya sebagai aktor. Kubiarkan yang lainnya serius menempuh jalan impiannya masing- masing. Karena itu aku membiarkanmu pergi dengan tetap memberikan dukungan pernuh kepadamu.”
“Tapi aku bukanlah seorang Super Junior lagi, hyung. Semua selalu memperlakukanku seperti ini, aku kadang terluka karena hal ini. Mungkin konyol, tapi dalam hatiku, meninggalkan kalian juga hal yang paling berat.” Suaraku gemetar dan perlahan kuremas lagi kedua tanganku.
Ryeowook duduk disebelahku dan mengusap pundakku. “Tapi pada nyatanya, hyung juga member Super Junior.”
“Elf percaya kalau suatu saat kita semua akan berkumpul lagi bersama, kan? Sampai saat itu tiba hyung akan menjadi bagian dari kami. Bahkan sampai matipun hyung tetap salah satu dari kami. Aku selalu berpikir kalau saat ini hyung tengah vakum dan suatu saat kan kembali, sama seperti yang lainnya.” Tambah Yesung.
Satu- persatu kutatap mereka semua.
“Jangan terluka hanya karena hyung selalu berpikir jalan yang hyung pilih melukai kami. Hyung hanya boleh terus menatap kedepan dan menggapai impian yang hyung inginkan.” Kali ini Eunhyuk ikut menyemangatiku.
Shindong mengepalkan tangannya dengan gaya antusias. “Kami akan selalu menopang hyung.”
“Teukie hyung selalu bilang kan, kalau hyung lelah, kembalilah. Pulanglah. Atau setidaknya datanglah kepada kami hanya untuk tertawa bersama. Kami semua kan akan selalu menerima kedatangan hyung.” Aku terdiam saat mendengar magnae itu berbicara dengan senyum tulus kepadaku.
Air mataku menetes semakin deras. Benarkah aku boleh begitu? Benarkah aku bisa bersikap serakah seperti itu? Setelah meninggalkan mereka, aku masih boleh datang meski hanya untuk berkeluh kesah dengan mereka. Aku pasti akan menjadi orang yang sangat berdosa.
“Lagu So I…” Teukie hyung kembali berbicara.
So I…?
“So I pray for you.. Oh, so I.. So I promise you..” Teukie hyung melantunkan lagu itu perlahan- lahan dengan suaranya. “Aku berdoa untukmu, aku berjanji padamu. Itu yang selalu kulakukan untukmu. Aku mendoakan keberhasilanmu dan aku berjanji akan selalu menjadi kakakmu.”
“Oh so I yagsogheyo modungoshi… Geuderago midulkeyo.” Dia melanjutkan bait selanjutnya sambil mengusap pundakku.
“Will you come to me.. Na joguman deo geude pume.. Oh saranghaeyo geude my love, na onjekajina.” Dengan lembut mereka semua melanjutkan lagu itu bersamaan. Air mataku menetes dan aku mulai terisak pilu.
“I-irohke…” Lanjutku terpatah- patah dengan suara parau. Tangisku langsung pecah dan tak bisa kutahan lagi. Aku menunduk, menunduk sedalam- dalamnya dihadapan mereka semua. Entah menangis bahagia atau menangis sedih. Aku hanya ingin menangis sepuas- puasnya. Membiarkan mereka semua tahu apa yang selama ini aku rasakan sebenarnya.
Kurasakan seseorang langsung memelukku. “Uljima, na chinhan chinguya.” Bisik Heechul lembut sambil mengusap- usap bahuku. “Seharusnya kau saat ini bahagia, kami semua selalu mencintaimu. Kami semua selalu bersamamu.”
“Sama seperti kami yang selalu akan ada untuk mendukungmu, Elf juga masih tetap mencintaimu. Sebagai dirimu atau sebagai dirimu yang Super Junior.” Ucap Teukie hyung lagi. “Kau boleh menangis hari ini, tapi setelah ini tersenyumlah. Senyum khas ala seorang Hankyung untuk kami juga Elf yang menantimu di luar sana.”
Aku mengangguk dalam pelukan Heechul. Aku mengangguk sambil tetap menangis pilu.
Ya, aku berjanji… Aku tak akan pernah mengecewakan mereka semua lagi. Aku memang belum berani berjanji kalau suatu saat aku akan kembali, tapi aku berjanji aku akan tetap menjadi seorang Super Junior dalam hati mereka, dalam hati para Elf, dalam hati orang yang mencintaiku.
Elf masih sangat mencintaimu, Hangeng… Kemarin, sekarang ataupun nanti.
Karena itu akupun akan tetap mencintai mereka.
Gomawo…
.
~Fin~
Ak tahu ff ini pasti rada aneh… ak hanya ingin mencurahkan isi hatiku terhadap apa yang mungkin dirasakan han gege seLama ini :’)
semoga suka…
Keep RCL ^^
Khamsahamnida …